Indonesia negara bencana, siapa yg mampu menyangkal fakta tersebut? Kenyataannya memang lah negara ini bagaikan laboratorium gede kebencanaan. Seluruh kategori, type, skala, & rupa efek dari bencana setidaknya sempat berlangsung satu kalidi Indonesia. Tetapi ironisnya, di antara kenyataan itu rata-rata penduduk Indonesia tidak sempat mengenyam pendidikan tanggap bencana. Diwaktu bencana melanda, yg ada cuma kepanikan & kepasrahan. Sebuah aksi fatal & tidak bisa ditolerir sama sekali.
Dulu bersama kiat apa lagi kita mampu menyiapkan diri supaya lebih tanggap dalam menghadapi bencana? Jawabannya ada di tiap-tiap kurikulum Sekolah Siaga Bencana. Suatu acara baru yg punyai semangat menggebu buat “menularkan” virus siaga bencana jadi sektor dari life skill yg wajib dipunyai oleh anak jejaka Indonesia.
Pagi itu, SMUN 32 Jakarta Selatan mendapat jadwal Pelatihan Sekolah Siaga Bencana 2015. Banyaknya 20 para siswa/i dari kelas 10 & 11 terlihat bersemangat & antusias mengikuti Pelatihan yg digelar sejak Sabtu pagi (05/09).
Tidak cuma peserta didik, sekian banyak guru turut pun mendampingi pelatihan yg dipandu cepat oleh 2 trainer berkompeten dibidangnya. SSB 2015 yaitu aktivitas hasil hubungan kerja antara Disaster Management Institute of Indonesia/DMII-ACT bersama Bank Indonesia/BI yg dimulai sejak bln Juni 2015 menyebar di sekian banyak sekolah SMA di Jakarta.
Lukman Solehudin selaku trainer menuturkan, 20 sekolah terpilih ini rencananya bakal dijadikan role model sekolah tanggap bencana yg dapat konsisten diedukasikan ke semua sekolah di Indonesia.
Bukan lagi suatu wacana, hri ini di tengah keadaan Indonesia yg dikepung bencana, amat butuh sekolah menempa organisasi terkait kepengurusan sekolah siap siaga bencana yg melibatkan civitas pun stakeholder eksternal mengingat pelajar ialah umur rentan korban bencana alam.
Fedra Artamevia, gadis periang kelas 10 sekaligus pengurus OSIS SMUN 32 Jakarta Selatan mengungkapkan terhadap awalnya agak bingung sebelum mengikuti pelatihan. Apa yg jadi capaian yg mampu didapatkan usai mengikuti acara Sekolah Siaga Bencana? pertanyaan itu menerawang dalam benaknya. Tetapi sesudah mengikuti materi yg diberikan dia merasa beruntung terpilih juga sebagai salah satu peserta.
“ Pelatihan ini menciptakan kita menjadi lebih peka pada lingkungan & paling mutlak kita akan ilmu baru kurang lebih bagaimanakah mempunyai sikap sigap bencana di sekolah kita sendiri” tutur Fedra.
Satu lagi komentar mendalam tercurah dari benak Yuhendri, seseorang pengajar sektor kesiswaan. Dirinya menilai gerakan ini amat sangat penuh manfaat dikarenakan akan memperkecil dampak bencana pada para peserta didik. Sewaktu 3 bln ke depan ia siap mendampingi 20 peserta didik buat tetap tetap mengikuti pelatihan.
Acara ini rencananya bakal tetap berlanjut tiap-tiap pekan, hingga kelak step simulasi bencana kepada bln Nopember 2015. Simulasi tersebut bakal jadi indikator para trainner sejauh mana peserta menyerap materi yg berujung terhadap step evaluasi. Diharap lewat acara ini sanggup meningkatkan kesadaran siaga bencana di lingkungan sekolah maka bakal meminimalisir korban khususnya para pelajar di Indonesia
(mega/chv) (CAL)
0 Komentar