Tetap belum lepas dari ingatan gimana keadaan hancurnya Nepal sesudah gempa gede mengguncang wilayah Nepal & pegunungan Himalaya bln April 2015 silam. Ketika itu gempa bumi berkekuatan agung mengguncang Nepal & Himalaya kepada kemampuan 7,8 Skala Richter. Titik episentrumnya berada 29 kilometer timur Kota Lamjung Nepal, kedalaman gempa tidak kurang dari 15 kilo meter. Gempa Nepal kepada 2015 itu terdaftar juga sebagai gempa bumi dgn kebolehan yg terbesar sejak gempa akbar terakhir terhadap thn 1934 silam. Akibat gempa Nepal th 2015 itu, sedikitnya ada 8.500 jiwa yg tewas akibat tertimpa bangunan, termasuk juga di antaranya 18 orang yg berada di basecamp pegunungan Everest.
Akibat gempa yg ikut mengguncangkan puncak paling atas Everest itu, otoritas keamanan Nepal sedang menimbang buat menciptakan aturan baru terkait bersama pendakian Everest. Dilansir dari CNN Indonesia, pemerintah Nepal sedang mengkaji aturan yg melarang para penyandang disabilitas (difabel) & para lansia batas usia tertentu utk mendaki ruang puncak Gunung Everest. Intinya, pemerintah Nepal melarang keras pendaki yg tidak dapat menyaksikan, tidak dapat berlangsung di atas ke-2 kaki, & tidak mempunyai lengan utk mendaki puncak paling atas dunia : Everest
Tetapi akibat dari aturan ini, tidak sedikit pihak yg menuduh pemerintah Nepal tengah jalankan praktek diskriminasi kepada para beberapa orang spesial penyandang disabilitas.
Dulu tidak cuma itu, ada serta aturan baru yg cuma membolehkan atau berikan izin para pendaki Everest mendaki puncak gunung cuma kepada ketinggian maksimum 6.500 m di atas permukaan laut. Atau kira kira 2.300 m lebih rendah dari puncak Everest yg berada kepada ketinggian 8.848 m diatas permukaan laut. Menurut otoritas terkait di Nepal, nantinya cuma ada beberapa orang tertentu bersama pengalaman mendaki paling baik yg dibolehkan menembus puncak gunung Everest.
Terhadap kenyataannya memang lah Everest sedang berada dalam keadaan yg amat labil akibat pengaruh gempa Nepal April 2015 silam. Tidak Sedikit area di everest yg amat sangat rawan berlangsung longsoran salju. Pada Awal Mulanya di thn 2014 silam, berjalan suatu bencana longsor Everest yg mematikan, 16 jiwa pendaki tertimbun longsoran salju.
Meski demikian, peraturan yg melarang penyandang difabel ini terang mendiskriminasi pendaki yg miliki kekurangan fisik. Padahal sewaktu sekian banyak thn terakhir, Everest merupakan titik pembuktian bagi kepada pendaki yg mempunyai kekurangan fisik. Everest sudah mengundang sangat banyak penyandang difabilitas utk membuktikan bahwa kekurangan fisik bukanlah kendala utk menggapai puncak paling tinggi di dunia.
Dilansir dari page CNN Indoneisa, Mark Inglis dari Selandia Baru, jadi pendaki mula-mula bersama amputasi ganda yg sukses berdiri di puncak Everest thn 2006. Inglis kehilangan ke-2 kakinya akibat radang dingin.
Tidak Hanya Inglis, Erik Weihenmayer dari Amerika Serikat, melakukannya terhadap Mei 2001 & tujuh th seterusnya, menjadikannya satu-satunya pendaki tunanetra yg menggapai gunung-gunung teratas di tujuh benua didunia.
(CAL) img : adventure-journal
0 Komentar