Perjalanan panjang kisah Rohingya di Aceh sepertinya bakal tetap bergulir tidak dengan henti. Hri ini, seribu lebih Rohingya di Aceh telah sejak mulai mengecap macam mana nikmatnya hidup juga sebagai manusia normal. Sesudah berpuluh th mereka hidup dalam kesengsaraan memilukan di kampung mereka Sittwe Myanmar, sekarang mereka bisa merasakan kebiasaan hidup yg normal. Dgn keamanan penuh, dgn kenyamanan maksimal di antara riuhnya keramahan warga Aceh.
Keramah-tamahan & kabaikan hati jutaan penduduk Aceh yg ingin menampung & menerima Rohingya mulai sejak menumbuhkan benih-benih kebaikan & keberkahan. Bahagia rasanya sanggup menonton senyum tulus penduduk Rohingya di pagi hri, menyongsong haru bersama optimisme, mereka berdagang, beribadah, mempelajari berhitung berbahasa & mengaji, bahkan sampai menjalin cinta antar lawan type yg mereka sukai.
Ya, tidak sedikit cinta yg terpaut di antara orang Rohingya yg saat ini tinggal di Aceh. Apalagi bagi mereka yg disatukan dalam Komplek Integrated Community Shelter (ICS) Tindakan Serentak Tanggap (ACT) Blang Adoe, Kuta Makmur, Aceh Utara.
Minggu dulu, di tengah malam Pekan yg syahdu (29/8) banyaknya enam pasangan etnis Rohingya dinikahkan dalam satu upacara akad nikah yg sakral & penuh keharuan. Program yg terjadi pukul 20.00 hingga pukul 21.30 WIB itu serta terjadi meriah bersama senyum & tawa yg riuh sampai tengah tengah malam.
Enam pasangan tersebut merupakan pemuda & pemudi Rohingya ori dari tanag Rakhine, Myanmar. Mereka yaitu Muhammad Ishaq (22) dgn Umme Solema (22), Omar Khaliq (22) dgn Seluwara (18), Imam Husein (20) bersama Shomjida Begum (17), Hussein Ahmad (17) bersama Bibi Jan (18), Kefayet Ullah (22) bersama Nur Kolima (17), & Mohamad Tuson (35) & Zuleikha (22).
Keenam pasangan pasangan etnis Rohingya tersebut sudah memperoleh rekomendasi dari beraneka ragam pihak termasuk juga dari pihak UNHCR. Bahkan Abati Kuta Makmur, yg serta anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Tengku Haji Muhammad Nuruddin menyampaikan teramat mensupport upaya Perbuatan Langsung Tanggap (ACT) menikahkan para pengungsi Rohingya yg sudah melintasi musim akil baligh (dewasa).
Atas basic memenuhi sunah Nabi Muhammad SAW & mencegah beragam macam fitnah, jadi ketetapan yg teramat baik kalau para pengungsi Rohingya yg telah akil baligh, dinikahkan saja dgn pasangan yg mereka sukai.
Bersama menikahkan mereka, bakal lebih membuat ketenangan di lingkungan (ICS & sekitarnya –red), lantaran bila tak, siapa yg bakal memantau mereka 24 jam buat tak lakukan hal-hal yg dilarang oleh agama?
Hasilnya pula suasana pernikahan yg terjadi di Masjid Arakan terjadi amat mengharukan. Disaksikan beberapa ratus pengungsi, diliput beraneka ragam alat, direstui para tokoh, dilayani relawan ACT, keenam pasangan itu satu persatu mengucap ijab-kabul dibimbing ustadz mereka sendiri Muhammad Yunus.
Tiap-tiap kali proses ijab kabul selesai, para hadirin menyongsong bersama ucapan Allahu Agung dgn tangan mengepal sbg tanda dukungan terhadap sang pengantin.
(CAL)
0 Komentar