Bagaikan Hikayat CInta, Dua Insan Rohingya itu Akhirnya Mengucap Janji Pernikahan

19.04
Cinta itu betul universal, cinta menubruk segala batasan & segala keterbatasan yg menghadang. Cinta tidak menonton di mana tempat & dengan cara apa keadaan. Meskipun bagaimanapun derita yg telah dirasa, seandainya telah cinta apa ingin dikata.
Bisa Saja begitulah sepenggalan bait yg sanggup melukiskan betapa keagungan cinta dua insan, sudah membuat senyum & tawa bahagia di ruangan shelter pengungsian Rohingya, Komplek Integrated Community Shelter (ICS), Blang Adoe, Kuta Makmur, Aceh Utara.
Kefayat Ullah, masihlah 18 th umurnya. Tapi laki laki ini telah mengalami kegetiran hidup lebih dari batasan umurnya. Derita & kekejaman yg Dirinya terima tatkala jadi orang Rohingya di tanah kelahirannya sendiri di Arakan, Myanmar tidak menciptakan Dia melupakan gimana nikmatnya marasakan cinta. Anugerah paling indah yg diberikan Allah bagi tiap-tiap manusia. Cinta Kefayat Ullah tidak bertepuk sebelah tangan. Cintanya di terima bersama gembira oleh favorite hatinya, Nur Kolima (18). Sejoli anak remaja dari etnis Rohingya itu serta berikrar janji setia juga sebagai suami istri dibawah bimbingan ustadz mereka sendiri, Mohamad Yunus. “Penghulu dadakan” yg ditunjuk ACT selaku penggagas pernikahan massal itu pula menyebutkan sah Kefayat –Nur Kolima yang merupakan suami istri.
Hasilnya, Kefayat & Kolima, dua sejoli yg merasakan cinta sbg cowok & wanita akil baligh ini telah sah & resmi jadi suami istri dengan lima pasangan Rohingya yang lain.
Kelima pasangan Rohingya itu dinikahkan terhadap Sabtu tengah malam,(29/8) di Masjid Arakan, Komplek Integrated Community Shelter (ICS). Beberapa Ratus saudara-saudara mereka sesama etnis Rohingya menonton satu buah momen suci bagi anak manusia berbeda tipe yg telah saling mencinta.
Kefayat berasal dari kampung Buzzidong, sementara Kolima dari kampung Mondu, keduanya ada di Arakan, Myanmar. Keduanya satu kapal sejak berlayar sekira tiga bln dulu, tapi diwaktu itu mereka belum saling kenal. Cinta mereka sejak mulai bersemi kala keduanya ditampung di BLK. Sesudah sekian lama saling kenal, baik lewat telepon ataupun berjumpa serta-merta. Kefayat serta tidak tahan lagi buat menyebutkan cintanya.
“ Attur tore ador lage,” ungkap Kefayat dalam satu peluang komunikasi via mobile phone. Kolima juga tidak ragu menerimanya. Itulah ungkapan cinta dalam bahasa Rohingya, yg kira-kira artinya sama dgn kalimat “aku cinta padamu”.
Pasangan bersama umur sama itu melonjak gembira, dikala ACT mengumumkan dapat menikahkan remaja-remaja Rohingya yg telah memenuhi syarat utk menikah. Rencana ACT ini sendiri sudah didukung beraneka pihak, termasuk juga didukung Abati (gelar tokoh agama yg amat dihormati di Aceh) Tengku H Muhammad Nuruddin, yg pula anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Utara. Bahkan Abati rela menghadiri prosesi pernikahan massal yg digelar di Masjid Arakan, Komplek ICS utk berikan selamat, mendoakan, sekaligus berikan nasehat-nasehat terkait pernikahan massal itu.
Proses pernikahan sendiri penuh keprihatinan. Mahar yg diberikan Kefayar, sekian banyak gr emas plus duit Rupiah 500 ribu, hasil pinjeman dari kawan-kawannya, yg di terima bersama baik Kolima.
Mendekati momen pernikahan, keduanya mengupayakan tampil beda dgn para hadirin. Tapi upaya itu tidak berhasil, lantaran tidak ada pakaian pengantin. Keduanya, & pula pasangan nikah massal yg lain, menikah dgn busana apa adanya. Bahkan bila mereka tak dipisahkan bersama para hadirin, niscaya tidak didapati siapa yg bakal menikah. Lantaran yg diperlukan yakni busana sehari-hari sama bersama para hadirin.
Baik Kefayat ataupun Kolima, keduanya mengaku pasangannya merupakan cinta pertamanya. Sesudah sah jadi suami istri, Kefayat berjanji bakal mencari kerja buat menafkahi istrinya. Kefayat mau menyusul kakaknya, Jubaez (23), yg telah tinggal & bekerja di Australia selagi tujuh th. Ayah Kefayat sendiri telah wafat, sementara ibunya tinggal di kampung bersama sebanyak kerabatnya. (CAL)
img : act.id
Previous
Next Post »
0 Komentar